Dodol merupakan panganan berbahan baku santan kelapa, tepung ketan, gula pasir, gula merah, dan garam yang prosesnya membutuhkan keahlian khusus dengan waktu cukup lama demi kualitas terbaik. Dodol merupakan salah satu makanan unik yang sering dijumpai di belahan bumi Nusantara. Banyaknya penggila panganan yang memiliki rasa manis legit ini menjadi penyebabnya. Bahkan di daerah-daerah tertentu, dodol sering dijadikan suguhan untuk acara-acara besar semisal perkawinan, syukuran, pengajian, hingga acara adat lainnya, dsb.
Berbicara tentang dodol, maka terlintas nama Garut di kepala. Kota Garut memang salah satu daerah yang konsen dengan panganan yang biasanya dijual dengan potongan kecil yang dibungkus dengan kertas minyak atau plastik ini. Bahkan dapat juga dikatakan, dodol lebih dikenal sebagai panganan khas dari Kota Garut. Meski pada kenyataannya, banyak juga dijumpai panganan dodol yang memiliki citarasa berbeda di tiap-tiap daerah produksi asalnya. Seperti dodol kandangan asal Kandangan, Kalimantan Selatan, mapun di Jawa Tengan dan Jawa Timur yang dikenal dengan sebutan jenang. Tak heran jika panganan ini juga ditemukan di Jakarta yang lebih dikenal sebagai dodol betawi.
Tak hanya kerak telor, kembang goyang, akar kelapa, klepon, kue ape, dodol betawi juga merupakan salah satu panganan tradisional asli Betawi. Panganan kesukaan masyarakat ibu kota ini sering kali dijumpai di tempat ramai yang ada di Jakarta. Salah satunya di kawasan wisata Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Terkenal setelah diikukuhkannya sebagai kawasan Perkampungan Budaya Betawi, di Setu Babakan juga terdapat rumah produksi dodol betawi yang namanya telah tersohor seantero Jakarta. Siapa dia? Yak, “Dodol Nyak Mai”.
Terkenal sejak puluhan tahun lalu, usaha ini digagas oleh Nyak Mai yang konon sering disebut sebagai seorang wanita pembuat dodol pertama di Setu Babakan. Hingga seorang yang digambarkan menggunakan kerudung dan kacamata ini tutup usia pada tahun 2007 silam. Kini usaha dodol ini sudah diwariskan ke generasi kedua, yakni Ny. Juwani, anak kelima dari Nyak Mai yang meneruskan kiprah ibunya menjual panganan legit ini pada masyarakat umum.
Tak lagi dijalankan oleh sang penggagas, Juwani selaku penerus, tetap mempertahankan rasa dan kualitas dari Dodol Nyak Mai. Selain memang rasanya yang legit, Dodol Nyak Mai dibuat tanpa bahan pengawet dan berbeda pada dodol pada umumnya. Hal itu diakuinya berkat resep rahasia turun temurun dari keluarganya. Tanpa adanya bahan pengawet, dodol buatan Juwani ini hanya mampu bertahan selama satu bulan tanpa suhu kulkas. “Kalau dimasukin kulkas bisa sampai 3 bulan. Ditanggung enggak ‘bulukan’. Saya jamin,” ujarnya.
“Nenek saya juga ahli buat dodol, nurun ke enyak, terus ke saya dan kakak saya. Jadilah sekarang meneruskan usaha enyak. Ada resep khusus yang diturunkan, khususnya soal takaran, hanya saya dan kakak saya yang tahu,” tambahnya saat ditanya resep rahasia yang membuat dodolnya menjadi unggulan.
Juwani secara singkat menjelaskan dibutuhkan waktu lama dalam proses pembuatan dodol dengan kualitas terbaik. Hal tersebut yang membuatnya hanya produksi dua hari sekali. Berlokasi di Jalan M Kahfi II Gang Kramat Bambu, Setu Babakan, hasil produksi dodol buatan Juwani biasanya dititipkan ke warung di sekitaran Setu Babakan. Meski diakuinya, lebih banyak pengunjung yang datang langsung ke rumah demi mendapatkan produk yang masih fresh.
“Prosesnya kurang lebih 7 jam, Kalau porsi pembuatan lebih besar, pengadukan bisa 10-12 jam. Mulai dari memasukan semua bahan kemudian mencampurkannya dengan rata dan mengaduknya sampai matang,” paparnya.
“Itu capek lo, makanya enggak tiap hari. Tapi, kalau orang datang, stok dodol pasti ada. Kadang juga ada orang yang telepon, pesan dulu baru diambil,” tambahnya.
Ditemani oleh lima orang karyawannya, Juwani mampu memproduksi 40 Kg setiap harinya. Jumlah tersebut meningkat saat libur panjang atau saat lebaran tiba, produksi dapat mecapai 700 kg dodol perharinya. Bahkan Juwani bercerita sampai harus menolak karena kewalahan dalam memenuhi pesanan. “Yang beli banyak dari luar Jakarta juga. Pas lebaran kemarin, telepon enggak berhenti, bunyi terus. Pesanannya sampe ditolak-tolak karena enggak sanggup buat,” ungkapnya.
Dodol yang dijual Juwani ditawarkan dengan harga bervariasi. Mulai dari harga Rp 10 ribu sampai Rp 40 ribu tiap satu kemasannya. Kemasannya pun dibuat berbagai bentuk seperti lonjong dan kotak. Diakui juga oleh Juwani kemasan Rp 10 ribu merupakan produknya yang paling laris diburu penggilanya. Soal omzet, dengan harga jual seperti itu, dalam satu kali produksi Juwani mampu bisa mencapai Rp.1.600.000 dalam satu kali produksi.
“Paling laris yang kemasan Rp 10,000. Ini jadi bisnis yang sangat membantu perekonomian keluarga. Sudah ada 3 cabang di Jakarta, alhamdulillah sampai sekarang masih banyak yang suka. Produksi terus nambah apalagi saat jelang lebaran,” tutup Ibu 4 anak ini.
——————————————————————–
Nama Usaha : Dodol Nyak Mai
Nama Pemilik : Ny. Juwani
Mulai Berdiri : 2007 (Warisan Ibu Nyak Mai)
Lokasi Usaha : Jalan M Kahfi II Gang Kramat Bambu, Setu Babakan
Produk : Dodol Betawi
Karyawan : 5 Orang
Mesin Relevan : Mesin Dodol