Menu Andalan Pancing Kemitraan Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk

Restoran Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk (ATLHW), rumah makan dengan menu andalan ayam presto ini sudah berdiri sejak 15 tahun atau tepatnya pata tahun 2000 silam. Restoran yang bermarkas di Jl. Hayam Wuruk No. 88 Denpasar, Bali ini memiliki 21 gerai yang tersebar di kota lainnya seperti Jakarta, Solo, Surabaya, Yogyakarta, Padang dan Pekanbaru. Menurut rencana, sang empunya akan merambah pasar luar negeri seperti Negeri Jiran Malaysia, sebagai upaya melebarkan sayap bisnisnya.

Terlintas dari namanya, Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk merupakan restoran spesialis sajikan menu makanan berbasan dasar ayam. Ternyata, selain menyajikan berbagai menu olahan ayam, restoran Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk juga menyediakan menu makanan seperti olahan bebek, ikan bandeng, atau yang lainnya yang sayang jika dilewatkan. Meski begitu, ayam tulang lunak merupakan menu favorit kata menawarkan cita rasa Indonesia dan menjadi prioritas utama restoran Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk ini.

Kemitraan Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk

Tawarkan menu andalan Ayam Presto menjadi ciri khas restoran Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk yang bedakan dari penjual ayam goreng sejenis pada umumnya. Menu Ayam Presto yang ditawarkan merupakan daging ayam beserta tulangnya yang dipresto hingga tulangnya lunak dan dapat dimakan. Dianggap memiliki prospek yang cerah, keunikan ATLHW boleh dibilang market driven di bidang kuliner karena melahirkan menu unik ayam tulang lunak. Sehingga tak heran banyak pihak yang ingin menjadi mitra bisnis restoran Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk.

Menurut Evi Diah Puspitawati Kepala Departemen Waralaba PT Panen Raya (pemilik merek restoran Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk), mengguritanya jaringan resto yang mulai diwaralabakan pada tahun 2007 lalu ini lantaran besarnya minat calon mitra. Bahkan saking besarnya, melonjaknya angka permintaan menjadi mitra bukan hanya datang dari sekitaran Jawa, tapi juga dari berbagai kota besar lainnya di Indonesia, seperti Palembang, Medan, Batam, Banjarmasin, dan Balikpapan,  Makassar, dan Manado. “Tujuan kami mengadakan gathering lebih sebagai bukti keterbukaan ATLHW terhadap setiap masukan maupun kritikan dari para franchisee. Dan berupaya menghindari adanya ‘omongan’ negatif yang berakibat buruk terhadap merek ATLHW nanti,” paparnya

Evi juga menuturkan, untuk menjalin kemitraan bersama Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk, calon mitra harus lulus seleksi dengan melalui beberpa prosedur terlebih dulu. Seperti menjalankan komitmen sesuai perjanjian, membayar royalty fee 5% dari total omzet per hari. “Buat kami tidak cukup mereka hanya berani investasi Rp 1,3–Rp 1,5 miliar lalu lolos seleksi,” tandas Evi Diah Puspitawati, selaku Franchise Department Head, PT Panen Raya Bersama, pemilik merek restoran Ayam Tulang Lunak Hayam Wuruk.

Selain komitmen diatas, pihak ATLHW juga mempertimbangkan pemilihan lokasi resto yang harus strategis agar bisa menjaring banyak pelanggan. Syarat lokasi, ATLHW mematok area minimal 400 meter persegi. Alasannya, dari keseluruhan area yang disediakan, selain ada ruang makan akan dibuat tempat parkir ruang bebas asap rokok, smooking room, tempat parkir, hingga play ground untuk anak. Namun pihak ATLHW enggan bila mitranya hendak membuka di dalam mal. Alasannya, selain birokrasi yang panjang juga biaya sewa yang mahal.  “Lagipula, kalau kami mau membuat strategi promo juga tidak bisa bebas. Sebab harus lewat jalur birokrasi yang agak ribet dengan pengelolanya,” ungkap Evi.

Berdasarkan pengalamannya, Evi pun memberikan jawaban terkait berupa tips dalam menentukan lokasi restoran yang strategis. Menurutnya, hal pertama yang perlu diperhatikan yaitu kenali jenis usaha dan target market bisnis yang dijalankan. Setelah itu, perhatikan di sekitar lokasi, instansi apa yang ada, misal lembaga pendidikan, rumah sakit, atau perkantoran. Terakhir, area parkir harus diperhitungkan, mengenai luas dan letaknya. Kalau bisa di hook agar bisa dilihat dari segala sisi.

Bicara soal omzet, Evi menjelaskan penghasilan yang akan didapat berbeda tiap lokasi mitra ATLHW. Namun jika dihitung jumlah rata-rata pengunjung yang datang, dirinya menegaskan, tiap mitra akan kedatangan 80 hingga 200 orang per harinya. Dimana, mayoritas pengunjung yang datang untuk makan berasal dari kalangan karyawan perkantoran dan keluarga. Selain itu, menurut Evi, kontribusi omzet terbesar didapat dari layanan delivery, yang dapat mencapai angka 30% dari total omzet. Dengan kondisi seperti itu, menurut perhitungan tingkat ROI (return on investment) kemitraan ATLHW hanya 1,5–2 tahun dengan nilai investasi sebesar Rp 1,3–Rp 1,5 miliar.

Sukses, The Accelerator Kembali Gelar BEST Class

Sukses menggelar event tahunan The Entrepreneurs Convention Desember 2014 lalu, The Accelerator kembali menggelar BEST Class (Business Entrepreneurship Skills & Training Class) yang diadakan 2 bulan sekali  secara gratis bagi usahawan muda terpilih. Seperti event sebelumnya, BEST Class diigelar sebagai wujud pengembalian tanggung jawab para pengusaha yang sudah terlebih dahulu berhasil untuk memberikan bekal bagi para pengusaha muda (di bawah 40 tahun) yang sedang berjuang.

The Accelerator hadir sebagai sebuah komunitas sekaligus pendidik usahawan dengan tujuan untuk mempercepat proses keberhasilan serta meminimalisir tingginya angka kegagalan dari kaum usahawan muda saat ini. Atas sebab itulah, Reiner Rahardja (Founder The Accelerator) dan Klemens Rahardja (Co-Founder The Accelerator) bersama dengan usahawan sukses lainnnya yang tergabung di dalam The Accelerator dengan mendirikan event seperti BEST Class sebagai upaya memberikan jawaban atas segala keraguan dan kekhawatiran para usahawan muda secara intensif dan personal.

The Accelerator akan dihadiri nama-nama seperti Joe Kamdani (Founder of DataScrip; Sole of Distribution of Canon Product in Indonesia), Reiner Rahardja (Founder of Reitech Solusindo; President Comissioner of PT Nanohair Indonesia; Executive Director &Founder of The Accelerator), Anton Thedy (Founder & managing Director of TX Travel), Fredy Subrata (Founder of Sun Education Group), dan Ronald Prasanto (Founder of Ron’s Laboratory). Mereka akan membagikan ilmunya pada Open House Best Class pada Minggu, 31 Mei 2015, disusul event selanjutnya 26 Juni 2015 dan 27 September 2015 mendatang.

Rindu Sang Anak, Sriyono Bangkit Bersama Siomay Pink

Belakangan nama Siomay Pink menjadi buah bibir khalayak ramai. Karena memang Siomay Pink ini berbeda dengan kebanyakan penjual siomay pada umumnya. Lalu, apa yang menjadi keunikan dari Siomay Pink ini?

Sesuai dengan namanya, keunikan terlihat di setiap sisi bangunan outlet Siomay pink yang bernuansa warna mereh muda (pink). Selain itu, perabotan seperti meja, kursi, hingga piring yang digunakan semuanya berwarna pink. Tak ketinggalan, seluruh sepeda dan mobil yang digunakan untuk berjualan pun rata ikut diwarnai demi menonjolkan brand dari Siomay Pink itu sendiri. Meski siomay yang disajikan tentunya tidak berwarna pink seperti namanya.

Kesuksesan Siomay Pink tentu tak dapat dipisahkan dari sosok Sriyono yang begitu menginspirasi berkat pengalamannya rasakan pasang surut di dalam dunia bisnis. Bahkan begitu spesialnya, kisah kesuksesan Sriyono sampai dijadikan sebuah buku yang berjudul ‘Siomay Pink Sebuah Perjalanan Mencari Cinta’. “Itu adalah perjalanan hidup saya dari yang dulu sukses terus bangkrut kemudian bangkit lagi sampai sekarang ini,” kata Sriyono, selaku pemilik Siomay Pink.

Cerita itu dimulai ketika Sriyono yang memang awalnya seorang penjual siomay yang bahkan dapat dikatakan telah berada di posisi atas, tiba-tiba mengalami suatu kegagalan sehingga menghentikan bisnisnya tersebut. Sehingga membuatnya bercerai dengan sang isteri yang berujung pada terpisahnya Sriyono dengan kedua putrinya. Singkatnya, warna pink terinspirasi dari kedua anak tercintanya yang sangat menyukai warna tersebut. Pemilihan warna pink di setiap atribut Siomay Pink merupakan luapan kerinduan Sriyono terhadap kedua putrinya. Namun, selalu ada hikmah yang didapat. Berkat warna pink itulah, usaha siomay milik Sriyono kian berkembang.

Perjalanan nan panjang saat berjualan siomay berlangsung selama 33 tahun. “Selama 15 tahun saya berjualan pakai sepeda, 8 tahun di mal, kemudian 6 tahun tidak jelas karena saat itu saya bangkrut dan akhirnya 4 tahun belakangan ini terbentuklah Siomay Pink,” tutur lelaki kelahiran Klaten ini.

Awal kebangkitan Sriyono ditandai perubahan konsep saat menjual siomay buatannya. Sepeda lama bekas peninggalan jualannya dulu, dicat ulang dengan warna pink serta penambahan pernak-pernik seperti payung, panci, kaleng, hingga boneka warna pink yang di desain secantik mungkin olehnya. Sedikit bercerita, penambahan atribut boneka pada keranjang sepeda milik Sriyono ini, memiliki makna mendalam yang berisikan janjinya pada sang anak untuk membikannya boneka yang belum sempat dipenuhinya.

“Love atau hati itu melambangkan kasih sayang dan cinta, sengaja saya pasangkan. Karena, semua hal yang ada di Siomay Pink ini terbentuk dari rasa cinta dan kasih sayang saya terhadap keluarga, terutama anak-anak saya,” ucapnya.

Sebelum membuka restoran Siomay Pink Jl Tentara Pelajar No 48, Permata Hijau, Jakarta Selatan, Sriyono memulai bisnisnya dengan berkeliling mengayuh sepeda pink yang dianggapnya membawa berkah baginya tersebut. Pengalaman pahit mengawali perjalanan Sriyono, dirinya mengakui banyak cibiran dan cacian yang diterimanya. Banyak pula yang mengatakan dirinya sudah gila bahkan banci.

“Awalnya saya mengayuh sepeda pink ini sembari menjajakan siomay. Hal pertama yang saya dapat adalah cibiran dan hinaan. Banyak yang mengatakan saya gila dan banci. Namun, sepeda pink saya ini sangat disukai anak-anak kecil. Dan mereka yang menyebutkan siomay saya ini dengan sebutan Siomay Pink,” papar Sriyono.

Hingga pada sebutan Siomay Pink ini membawa dirinya seperti sekarang ini. Usaha yang dijalankan Sriyono semakin berkembang dan semakin dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Bahkan usahanya ini menjadi perbincangan di berbagai forum media sosial dan membuatnya tampil di berbagai media dan perogram acara news dan hiburan televisi.

Lebih Terasa Ikannya

Dari segi rasa, perbedaan tampak pada siomay buatan Sriyono ini. Siomay Pink buatan Sriyono lebih terasa ikan tenggirinya dibandingkan dengan milik penjual lainnya. Kenapa? Diakuinya, adonan dalam pembuatan siomay yang ia gunakan, memiliki perbandingan ikan tenggiri dan sagu yaitu lima berbanding satu. Sehingga membuat rasa ikan tenggiri lebih mendominasi dari keseluruhan adonan Siomay Pink.

Siomay Pink buatan Sriyono ini memiliki tekstur lembut dan lunak. Selain itu, tambahan bumbu kacang dan sedikit perasan jeruk nipis membuat rasa Siomay Pink semakin enak. Selain Siomay, menu seperti otak-otak, nasi goreng, sirloin, salad solo, hingga aneka jus buah menyegarkan. Untuk satu porsi siomay yang menjadi menu andalan dibanderol Rp 9.000, harga yang sesuai dengan kenikmatan yang didapat. Sedangkan untuk satu gelas jus buah dibanderol dengan harga Rp 15.000.

Kedepannya, Sriyono akan memperluas area jualan Siomay Pink miliknya. Sepeda dan boneka pink akan tetap dipertahankan untuk menjadi ikon Siomay Pink. “Saya berniat menjual siomay dengan seribu sepeda yang saya lokasikan di Jabodetabek,” pungkasnya.