Berangkat dari seorang pengusaha jamur kriuk yang dibelinya secara franchise dari Purwokerto, membuat Rudi Parlinggoman Sinurat yang akrab dipanggil Rudi, mulai mencicipi rasanya menjadi seorang pengusaha. Hampir berjalan satu tahun, usaha jamur kriuk yang dijalankan Rudi terbilang sukses dengan penjualan yang bagus di sekitaran rumahnya. Bahkan Rudi mengklaim, usaha jamur miliknya menjadi raja atau masternya di kawasan Depok, Jawa Barat.
Meraih rasa manisnya hasil dari usaha jamur kriuk, Rudi yang juga merupakan seorang sales manager di salah satu bank ternama memutuskan berhenti dari pekerjaanya pada September 2011 silam, dengan alasan fokus pada usaha yang dijalankan. Meski sungguh disayangkan, Rudi menyangkal pandangan banyak orang bahwa jika telah menjadi manager itu sudah aman, ternyata belum tentu. Selain memang faktor-faktor seperti ingin penghasilan lebih besar serta fleksibelitas waktu yang diinginkan menjadi alasannya.
“Pandangan sesorang kalo udah sales manager itu sudah aman, padahal belum tentu, tergantung orangnya. Gaji memang oke, karena memang penjualan lebih besar dari gaji pokok,” ucap Rudi saat diwawancarai oleh Tim Redaksi Majalah Mesin Bisnis di kediamannya.
“Karena saya sales, saya sering bertemu dengan pengusaha-pengusaha yang masih terbilang kecil. Saya lihat mereka kalo ngitung duit seperti ga berseri (banyak) gitu, enak aja. Enak juga jadi pengusaha. Alasan lain, saya tinggal di Depok dan kantor di Jakarta, masalahnya dari 8 jam kerja, 4 jam itu terbuang di jalan. Memang kalo jadi pegawai itu, kita tidak bisa berinovasi, ga bisa berbuat banyak. Beda kalo menjadi ownernya, mau ngapain aja suka-suka kita,” tambahnya.
Namun, nasib mujur tak selalu berpihak pada Rudi saat menjalani usaha jamur kriuknya tersebut. Waktu telah berjalan tiga bulan setelah dirinya meninggalkan pekerjaannya, usaha jamur yang dikelola oleh Rudi meredup penjualannya. Bahkan membuatnya harus menghentikan usahanya tersebut. Bahkan saat usahanya bisa dikatakan berada di ujung tanduk, Rudi mulai memikirkan usaha pengganti yang akan dijalankannya. Hingga pada saat dirinya memperhatikan dan mulai mencoba tahu pedas yang berada di sekitaran salah satu outletnya di kawasan Kelapa Dua, Depok yang ramai dikunjungi pembelinya.
Rudi pun ikut membeli dan menyuruh pegawainya untuk mencoba dan menganalisa produk tahu pedas tersebut. Bahkan saking seriusnya, dirinya sampai beberapa kali membeli produk (tahu) dan mencari jawaban atas kenikmatan dari tahu pedas tersebut dengan membedahnya bersama beberapa karyawan yang dimilikinya. Hingga kejadian itu merupakan awal terlahirnya ide untuk coba menjalankan usaha tahu pada Januari 2012 seperti yang dilakukannya sampai saat ini.
Cerita awal usaha, setelah membongkar resep tahu pedas, Rudi masih disibukkan dengan mencari jenis bahan baku tahu yang pas untuk produknya kelak. Bahkan dirinya membutuhkan waktu selama sebulan menemukan jenis tahu yang cocok untuk resep tahu pedas buatannya. Dalam waktu sebulan yang dihabiskannya, Rudi mengakui itu dilakukannya sambil membuat bumbu pedas yang diuji coba kepada karyawannya setelah bertugas jualan jamur kriuk tadi. Hingga setelah menghabiskan waktu selama sebulan, pada 29 Februari 2012, tahu pedas racikan Rudi pun mulai diperjualbelikan yang diberi nama ‘Tahu Jeletot Taisi’. Outlet pertama pun dirilis di kisaran rumahnya kawasan Jl. Pipit, Perumnas, Depok, Jawa Barat. Rudi menceritakan, penjualan di hari pertama cukup lumayan, meski tahu pedas buatannya terbilang produk baru.
Dipatok dengan harga Rp 2.000, dari 100 tahu pedas yang dibuat, laku terjual sebanyak 75 pcs dan meningkat tiap harinya. Tak ketinggalan, Rudi selalu meminta masukan untuk pengembangan produk tahu pedasnya, berbagai kritikan masuk dari konsumen mengenai rasa, ukuran, hingga masalah kecil lainnya yang sangat dihargai oleh Rudi. Evaluasi dilakukan dari masukan dari konsumen selama satu bulan, dampaknya sangan terasa, hingga kini outlet pertama Rudi mampu menjual 400-500 potong tahu pedas tiap harinya.
Rudi pun menjabarkan pemilihan nama Tahu Jeletot Taisi atas produknya didasar oleh berbagai aspek. Kata ‘Tahu’ diambil karena memang produk yang dijual berbahan baku tahu yang digandengkan kata ‘Jeletot’ yang diambil dari istilah yang berarti sangat pedas. Sedangkan kata ‘Taisi’ ditambahkan Rudi, karena kata tersebut memiliki singkatan yang memiliki ‘tahu isi’ sekaligus menjadi pembeda yang membuat orang menjadi penasaran akan produk buatan Rudi ini.
”Tahu Jeletot Taisi memang inilah yang membawa hokinya kalau kata orang tiongkok bilang. Awalnya, orang tau tahu pedas itu ya tahu jeletot. Makanya saya buat nama produk yang diwalai dengan kata itu (tahu jeletot). Sebenarnya kan jeletot itu istilah yaa dalam artian pedas, lalu pembedanya saya ambil nama taisi, yang memiliki arti tahu isi pedas sebenarnya. Muncullah nama Tahu Jeletot Taisi itu sebagai pembeda dan itu lah brand-nya. Kenapa? Saat itu supaya agar orang penasaran, karena taisi itu terkesan ada unsur Jepang atau Hongkongnya, biarkan saja biar orang pada penasaran,” ucap Rudi.
Resmi Di-franchise-kan
Awal kemitraan, saat Rudi baru membuka dua outlet-nya, muncul persepsi dari kebanyakan orang jika usaha tersebut di-franchise-kan. Hingga ketika sharing bersama temannya, Rudi memutuskan jika usahanya tersebut resmi di-franchise-kan, dengan alasan bisnis itu harus mudah diduplikasikan. Pada Desember 2012, mulailah mitra pertama yang disusul ditahun selanjutnya (2013), kurang lebih sudah 30 kemitraan. Hingga setelah 2 tahun berjalan, Tahu Jeletot Taisi memiliki sudah sampai di angka 75 kemitraan.
Nilai kemitraan yang ditawarkan Rudi berada di angka 10 juta rupiah. Dari jumlah uang segitu, mitra akan mendapatkan booth dengan berlabelkan brand Tahu Jeletot Taisi beserta perlengkapan lainnya. Selain booth, tentunya juga mendapatkan peralatan menggoreng seperti kompor, penggorengan, sehingga mitra tinggal langsung dapat menjalankan usaha Tahu Jeletot Taisi ini. Rudi menambahkan, salah satu mitranya yang berada di kawasan Pabuaran, Depok, Jawa Barat paling banyak menjual 800-900 potong tahu perharinya.
Demi menjaga eksistensi Tahu Jeletot Taisi, Rudi melakukan beberapa inovasi dari segi produk maupun kemasannya. Hal itu dilakukannya agar tahu pedas buatan Rudi ini berbeda dari para kompetitornya. Seperti menambahkan varian rasa dari produk tahu pedas berdasarkan permintaan pasar yang ada. Selain itu, Rudi juga memikirkan sisi kemasan untuk membungkus produk buatannya yang menurutnya ide tersebut belum dilirik oleh sesama penjual tahu dengan konsep pedas lainnya.
Inovasi ke depan, untuk produk sendiri ada karena memang dari permintaan pelanggan juga. Memang kebanyakan pelanggan itu suka dengan yang pedas. Cuma ada juga beberapa pelanggan yang minta tidak pedas. Mereka pengennya tuh manis gurihlah bisa dikatakan seperti itu. Kalo orang mau beli variannya ada dua, mau yang pedas atau yang manis. Namun masih dalam pengembangan belum direalisasikan,” ucap Rudi.
“Sekarang lebih dibedakan lagi, kita (produk) di-packaging dus dengan minimal pembelian 10 pcs. Biasanya kan orang beli tahu jeletot itu pakai bungkus kertas dengan plastik. Jadi kalo dibawa kemana-mana itu biasanya malu. Kalo sekarang engga lagi. Lebih elegan dan bisa menjadi sarana promosi,” tambahnya.
Saat ditanyaa soal persaingan, Rudi memaparkan tidak terlalu khawatir menanggulanginya. Menurutnya dengan adanya kompetitor yang lebih baik, lebih memancing dirinya agar terus berinovasi. Meski demikian, menurut kaca mata rudi, dirinya mengakui belum berada di posisi satu pasar tahu pedas. Namun dalam hal branding, dengan penuh percaya diri, Rudi menganggap brand Tahu Jeletot Taisi miliknya sudah berada pada posisi paling atas.
Hal tersebut tentunya berbanding lurus dengan hasil yang didapat Rudi menjalankan usaha ini. Bermodalkan uang 10 juta rupiah, bisa dibilang kini Rudi telah memetik hasil manis dari usaha tahu pedasnya. Disinggung persoalan omzet, dirinya menjelaskan secara gamblang perbulan mampu merauk sekitar 450 juta rupiah. Dengan hasil menggiurkan tersebut, Rudi menghidupkan 30 karyawannya.
“Omzet perhari dari keseluruhan mitra dapat 7.800 pcs tahu, sekitar 15 jutaan per hari. Sebulan sekitar 450 juta. Modal awal, setelah saya terjun secara langsung di dunia bisnis memang saya sampai hutang dan dapatlah 10 juta rupiah. Sewa tempat setahun, bahan baku, dan gerobak habis lah 10 juta itu. Karyawan dari 2 orang di jamur hingga 30 karyawan,” pungkasnya.
Nama Usaha : Tahu Jeletot Taisi
Nama Pemilik : Rudi Parlinggoman Sinurat
Mulai Berdiri : Januari 2012
Lokasi Usaha : Perumnas, Depok 1, Jawa Barat
Produk : Tahu Isi Pedas
Mesin Relevan : Deep Fryer, Spinner
Kunci Sukses
Kehati-hatian memang harus ada. Banyak baca bisnis itu musiman, tapi sebenarnya mungkin managemennya aja yang salah. Termasuk pengamat kuliner bilang usaha tahu ini termasuk bisnis musiman. Tapi saya bisa bilang, ini bukan musiman. Tergantung manajemennya. Bagaimana membuat bisnis ini berjalan terus. Termasuk tahapan untuk berkembangnya itu harus step by step. Semakin banyak cabang, pelayanan juga harus dipersiapkan. Kalau kalah pelayanannya, itu akan menjadi bom waktu saja buat kita. Inovasi melakukan hal hal baru.
Kalo kerja di kantor yang menggaji perusahaan. Kalo jadi ownernya kan kita yang menggaji karyawan, dan ada kepuasan batin. Dan memang walau sudah di level-level tertentu dalam perusahaan ga bisa puas. Kendala produksi, belom siap. Kalo udah siap pengen mainin tenaga pemasaran agar hasilnya luar biasa.
Tips Bisnis
- Keyakinan dengan bisnis yang dijalankan
- Kalo memulai bisnis, cintai bisnis supaya dapat menikmatinya. Maka akan terlihat seberapa besar perjuangannya. Dan tentu ada pengorbanan di dalamnya.
- Tentukan kriteria bisnis yang akan dijalankan yang paling disuka. Tuangkan semuanya disitu, waktu, pemikiran, apa saja.
- Action, Modal uang bukan nomer yang utama,
Prospek ke Depan
Bisnis ini bisa besar, go internasional dalam sepuluh tahun.