Bolu Meranti, Oleh-Oleh Khas Kebanggaan Masyarakat Medan

Bolu Meranti, kini menjadi bagian yang tak terpisahkan saat angkat kaki dari Kota Medan. Kue bolu gulung ini selalu menjadi panganan favorit yang cocok dijadikan buah tangan untuk keluarga di rumah. Kelezatan Bolu Meranti memang sudah lama menjadi buah bibir. Bahkan tak hanya tersohor hingga pelosok Nusantara, beberapa negara pun ikut memperbincangkan kelezatan bolu gulung asal kita kelahiran Penyair Indonesia Chairil Anwar ini.

Tak heran jika para pembeli rela mengantri demi mendapatkan Bolu Meranti. Karena memang, butuh sedikit pengorbanan untuk dapat mengicip kelezatan dari bolu gulung khas Medan yang menjadi oleh-oleh wajib untuk dibawa pulang. Namun semua pengorbanan akan terbayar lunas setelah merasakan bolu gulung yang super lezat ini.

Lalu, tahukan Anda sosok di balik kesuksesan Bolu Meranti yang menjadi salah satu oleh-oleh favorit dari Kota Medan? Ialah Ny. Ai Ling, seorang ibu rumah tangga yang juga pelopor atas kebesaran nama Bolu Meranti hingga seperti sekarang ini. Pada tahun 2005 silam, bermodal hobi memasak dan membuat kue yang dilakukannya sejak muda, hal itu yang mengawali sejarah ibu empat anak ini mulai merintis usaha kue miliknya.

“Awalnya, sewaktu kami masih kecil-kecil, mama suka buat kue untuk ‘bontot’ kami ke sekolah agar tidak jajan yang macam-macam. Lama-kelamaan, teman-teman satu sekolah banyak yang pesan dan tertarik untuk mencicipi kue buatan. Lama-kelamaan pesanan semakin banyak,” papar Ricca salah seorang anak pendiri Bolu Meranti.

Ricca pun memaparkan alasannya menggunakan nama Miranti untuk kue gulung yang sudah terkenal di Kota Medan tersebut. Nama tersebut dipilih dari kesepakatan yang dibuatnya bersama saudaranya. “Meranti diambil dari alamat rumah tante tempat mama dulu sering menitipkan bolunya. Karena sudah dikenal banyak orang bahwa Bolu Meranti itu enak dan lezat, kita pun sepakat mempertahankan branding Meranti dan mendaftarkannya secara resmi,” jelasnya.

Bolu Meranti menyediakan berbagai pilihan bolu gulung. Diantaranya bolu gulung standar, bolu gulung spesial, bolu gulung topping, hingga bolu gulung 3 in 1 yang tersedia dalam berbagai varian rasa seperti cokelat meses, keju, mocha, selai strawberry, nanas, bluebbery, dan masih banyak rasa lainnya. Harga yang ditawarkan pun bervariatif, mulai dari Rp 45.000 hingga Rp 65.000. Setelah mengalami pengembangan, kini Bolu Meranti juga menyediakan aneka kue lain yang tak kalah lezatnya seperti kue bolu, nastar, lapis legit, dan lapis keju.

Sempat berhembus kabar yang tak enak yang meragukan kehalalan dari produk-produk Bolu Meranti, sang empunya lalu menepis dengan menampangkan logo halal berukuran cukup besar yang dipasangkan di dinding gerai miliknya. Semakin berkembangnya Bolu Miranti, Ricca menceritakan banyak pembeli yang menanyakan kehalalan produk dari usaha yang dikelolanya saat ini.

Ricca pun menegaskan bahwa logo halal tersebut bukanlah sekedar ‘asal tempel’ seperti yang diperkirakan banyak orang sebelumnya. Oleh sebab itu, akhirnya Ricca mendaftarkan Bolu Meranti ke LPPOM MUI Provinsi Sumatera Utara. Dampaknya cukup signifikan, Ricca mengaku sejak memperoleh sertifikasi halal dari LPPOM MUI omzet penjualan Bolu Meranti semakin meningkat tajam.

———————————————————————————-

Nama Usaha    : Bolu Meranti

Nama Pemilik  : Ricca (Anak Ai Ling founder Bolu Meranti)

Mulai Berdiri   : Tahun 2005

Lokasi Usaha   : Jalan Kruing No. 2K, Medan, Sumatra Utara

Produk             : Bolu gulung

Mesin Relevan : Planetary Mixer, Spiral Mixer, Oven

Franchise Celebrity Pancake Durian

Kue pancake sekarang semakin banyak peminatnya. Tak heran jika kue dadar yang terbuat dari tepung terigu, telur ayam, gula, dan susu ini makin gampang dijumpai di berbagai tempat. Terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta.

Salah satu brand Pancake yang cukup terkenal adalah Celebrity Pancake yang dirintis oleh Rosita Nadhya dan Rosana Podesta di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Celebrity Pancake menawarkan sajian pancake dengan aneka macam topping yang bisa dipilih sendiri oleh konsumen.

Aneka menu Celebrity Pancake

Aneka menu Celebrity Pancake

 

 

 

 

 

 

Topping yang tersedia antara lain durian, stroberi, melon, tiramisu, choco chip, almond dan masih banyak lagi. Ukuran Pancake yang lebih besar dibandingkan ukuran normal juga menjadi kelebihan dari Celebrity Pancake ini. “Kami membuat pancake dengan ukuran 6 centimeter (cm) x 6 cm,” ujar Rosana. Untuk produk yang paling digemari sendiri adalah rasa durian original dan cokelat.

Usaha mereka berdiri sejak tahun 2011. Celebrity Pancake resmi menawarkan kemitraan sejak 2012. Hingga saat ini sudah ada 37 mitra yang bergabung. Mayoritas mitranya berlokasi di kota-kota besar, seperti Jabodetabek, Bandung, Cibubur, Pekanbaru, Solo, Palembang dan Banjarmasin. Sedangkan gerai pusat ada di Cengkareng, Jakarta Barat yang juga menjadi tempat pembuatan Pancake. Dalam kemitraan ini, Celebrity Pancake menawarkan paket investasi sebesar Rp 18 juta.

Dengan harga tersebut, mitra akan mendapatkan perlengkapan berupa booth, box freezer, poster promosi, kotak bungkus, spanduk, dan bahan baku pancake sebanyak 400 pieces. Untuk sistem selanjutnya mitra wajib membeli bahan baku Pancake ke pusat. Minimal pembelian sebanyak 250 pieces. “Tidak ada pelatihan yang kami berikan karena semua Pancake sudah dibuat di workshop kami di Cengkareng, jadi mitra tinggal pesan,” katanya Rosana.

Dalam kemitraan ini, Rosana tidak memungut royalty fee sehingga mitra lebih bebas dalam mengembangkan bisnisnya. Ada pun harga jual standar pancake adalah Rp 13.000 per pieces. Mitra sendiri boleh menjual di atas harga yang ditetapkan pusat. Ia mencontohkan seorang mitranya di Makassar yang menjual dengan harga Rp 17.000 per pieces. “Itu karena ongkos kirim yang mahal,” jelas Rosana.

Dalam sebulan, satu gerai ditargetkan bisa menjual minimal 1.500 pieces dengan perkiraan omzet yang didapat gerai tersebut sekitar Rp 20 juta sebulan. Dengan laba bersih sebesar 45%, mitra bisa balik modal dalam tiga bulan. Namun perhitungan itu juga sangat tergantung kepada lokasi usaha yagn dipilih. Semakin strategis lokasi berjualan, maka peluang mendapat omzet lebih besar juga semakin terbuka.

 

———————————————————————–

 

Nama Usaha : Celebrity Pancake

Nama Pemilik : Rosita Nadhya dan Rosana Podesta

Mulai Berdiri : Tahun 2011

Lokasi Usaha : Cengkareng, Jakarta Barat.

Yang Diproduksi : Pancake

 Jumlah Karyawan : 15 orang

 Tantangan : Sumber Daya Manusia (SDM)

 Kunci Sukses : Membangun keunggulan produk dibandingkan kompetitor sejenis.

Mesin Yang Relevan : Mesin Pencetak Pancake

Bandeng Juwana, Pusat Oleh-oleh Jadi Ikon Kota Semarang

Semarang, salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia ini terkenal dengan julukan The Port of Java (Pelabuhannya Jawa). Julukan tersebut dipilih sebagai upaya pencitraan kota sebagai pusat pelabuhannya pulau jawa oleh walikota dalam memajukan sektor pariwisata Kota Semarang. Alasannya jelas, kota yang juga terkenal akan banyaknya aliran sungai ini,  menyimpan kekayaan tempat wisata yang tak terhitung jumlahnya. Mulai dari Kawasan Lawang Sewu yang menyimpan banyak sejarah dan terkenal akan keseramannya, wisata keluarga, wisata alam, wisata religius, hingga pada wisata belanja.

Bicara soal belanja, ketika dalam kunjungan ke suatu wilayah baru, membeli oleh-oleh menjadi wajib hukumnya. Pasalnya, oleh-oleh atau buah tangan biasanya sesuatu yang unik dari suatu wilayah dan memiliki daya tariknya tersendiri. Biasanya buah tangan tersebut dapat dengan mudah dijumpai di pasar oleh-oleh yang berada di sekitaran kawasan wisata. Wajar jika oleh-oleh menjadi banyak incaran para pecinta dunia pariwisata. Tentunya hal tersebut membuat pasar oleh-oleh semakin tumbuh dan selaras dengan peningkatan perekonomian warga sekitar. Itu mengapa, kebanyakan dari pemimpin kota begitu berusaha dengan keras memajukan sektor pariwisata di wilayahnya.

Kebijakan walikota untuk memajukan pariwisata Kota Semarang, berhasil menciptakan banyak pengusaha yang khususnya fokus di sektor oleh-oleh ini. Sebut saja ‘Bandeng Juwana’ yang telah sukses menjadi pusatnya berbagai oleh-oleh di Kota Semarang. Tentu keberhasilan itu tak lepas dari keuletan sang pemilik, Dr. Daniel Nugroho Setiabudi, yang berusaha dengan kerasnya mengembangkan Bandeng Juwana hingga menjadi pusat oleh-oleh di Kota Semarang. Bahkan dapat dikatakan, Bandeng Juwana sudah menjadi ikonnya Kota Semarang, karena pengunjung belum sah jika tak mampir pusat oleh-oleh tersebut.

Memiliki misi, memacu kreatifitas demi terciptanya produk baru yang berkualitas, Bandeng Juwana berdiri pada 3 Januari 1981. Sedikit bercerita, ide membuat bandeng tulang lunak terlahir ketika Daniel melihat sebuah toko sejenis yang selalu ramai pengunjungnya. Kurang lebih satu tahun waktu yang dibutuhkan Daniel untuk melakukan pengamatan pada toko tersebut. Awal perjalanannya, daniel beserta Bandeng Juwana kala itu menjual bandeng tulang lunak masih secara sederhana. Hingga kerja keras pemilik Bandeng Juwana menjadikan pusat oleh-oleh yang berada di Kota Semarang tersebut semakin besar hingga sekarang ini.

Pengunjungnya tak pernah sepi, apalagi ketika musim liburan datang. Akan banyak pengunjung yang rela mampir dan memadati pertokoan, seperti halnya lautan manusia. Antrean tersebut demi dapat membawa oleh-oleh ikan bandeng tulang lunak yang khas dari Semarang ke kota asal.

Meski terselip kata bandeng dalam penggunaan namanya, tak lantas pusat oleh-oleh tersebut hanya menyajikan ikan khas Semarang yang diolah hingga tulangnya lunak saja. Bandeng Juwana juga menyediakan aneka macam oleh-oleh khas dari berbagai wilayah di Jawa Tengah seperti enting-enting gepuk, moaci, wingko, lumpia, keripik, aneka dodol, dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun demikian, tetap saja ikan yang dipenuhi duri pada seluruh bagian dagingnya ini menjadi primadona di hati para pecintanya ini.

Selain buah tangan  yang dapat dibawa pulang oleh setiap pengunjung yang datang, mereka juga bisa menikmati berbagai hidangan olahan daging ikan bandeng. Tepat di lantai dua di tempat yang sama, terletak restoran Bandeng Juwana yang menyediakan aneka olahan makanan berbahan dasar bandeng. Mulai dari buntil bandeng, Rendang bandeng, hingga menu klasik yaitu bandeng goreng dengan telur.

Berbagai bandeng tulang lunak (presto) tersedia di pusat oleh-oleh yang berada di Jalan Pandanaran, Semarang, Jawa Tengah ini. Pembedanyanya pun dari ketahanan usia konsumsi makanan tersebut ketika pengunjung hendak membawanya pulang sebagai buah tangan. Mulai Bandeng Pepes Duri Lunak yang tahan hanya 24 jam saja, Bandeng Asap Duri Lunak yang tahan selama dua hari, hingga Bandeng Vacuum yang mampu bertahan tiga bulan untuk dikonsumsi. Harganya pun variatif yang disesuaikan dengan ketahanan olahan bandeng, mulai dari Rp 90.000,-/ kg. Dengan catatan pengunjung bebas memilih isi ikan bandeng per kilogramnya. Mulai dari per kilogram isi 2 hingga 6 ekor bandeng tulang lunak.

 

Nama Usaha    : Bandeng Juwana

Nama Pemilik  : Dr. Daniel Nugroho Setiabudi

Mulai Berdiri   : 3 Januari 1981

Lokasi Usaha   : Jalan Pandanaran, Semarang, Jawa Tengah.

Produk             : Oleh-oleh khas Jawa Tengah

Mesin Relevan : Presto

 

Soto Betawi H. Ma’ruf, Kualitas Rasa Tetap Eksis Hingga Kini

Soto betawi bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi warga Jakarta. Seperti halnya soto khas yang berasal dari daerah lain, soto betawi merupakan makanan yang begitu populer di sekitaran Ibu Kota. Mengintip sejarah sedikit, makanan asli masyarakat betawi ini mulai menyebar dan dikenal sejak tahun 1990-an dan masih eksis hingga saat ini, tentunya dengan ciri khas cita rasa yang tetap sama.

Semakin eksisnya makanan ini, selaras dengan menjamurnya warung penjual soto betawi yang banyak dijumpai di sekitaran Jakarta. Namun jika dilihat dari sepak terjangnya, terdapat salah satu warung soto betawi yang mencolok perhatian dan masih eksis hingga saat ini. Bukan karena warung tersebut telah berdiri sejak lama, tapi memang kulaitas rasa yang ditawarkan tetap terjaga.

Rumah Makan Soto Betawi H. Ma’ruf

Sejak awal H. Ma’ruf menjajakan soto buatannya menggunakan pikulan yang telah berjalan pada tahun 1950 silam.  Terus berpindah-pindah tempat dengan pikulannya, tak lama hingga pada tahun 1983 akhirnya dapat lokasi di Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, dengan menggunakan nama Rumah Makan Betawi Soto H. Ma’ruf untuk warung sotonya.

Kini rezim kepemimpinan telah digantikan oleh Muchlis Ma’ruf (putra H. Ma’ruf). Meski begitu, kualitas soto yang melegenda dari racikan orang tuanya (H. Ma’ruf) tetap dijaganya seperti sedia kala.  Berlokasi di pusat kota, Rumah Makan Betawi Soto H. Ma’ruf tak pernah sepi dari pengunjung. Bahkan tak sedikit dari kalangan elit mampir di warung soto betawi yang dilelola Muchlis ini.

Bukan rahasia umum kalau Cikini merupakan kawasan elit, tempat tinggalnya para pejabat. Tak sedikit dari mereka menggunakan rumah makan ini sebagai tempat diskusi sekaligus mengisi perut. Mulai dari keluarga Cendana yang biasa memesan soto betawi ini, keluarga Jenderal Nasution, Gus Dur yang sampai saat kini masih sering mampir, hingga yang terakhir Presiden dan Wakil Presiden RI, Jokowi dan JK saat mendeklarasikan JK sebagai cawapres.

Meski terkenal dengan soto betawinya, warung yang dikelola oleh Muchlis ini juga menyajikan menu lain yang sayang jika dilewatkan. warung soto yang buka setiap hari sejak pukul 08.00 hingga pukul 20.30 ini juga menyajikan menu seperti sate kambing, sate sapi, hingga paru goreng yang tak kalah nikmatnya. Demi menciptakan rasa yang enak, Muchlis menggunakan bagian daging khas dalam untuk sate sapi buatannya. “Kalau sate sapi kita pakai has dalam, seratnya kita buang. Ini supaya empuk dan makin enak,” ucap Muchlis.

Satu porsi soto betawi buatan Muchlis ini dibanderol dengan harga Rp 26.000. sedangkan untuk 10 tusauk sate sapi atau kambing, Muchlis membanderolnya dengan harga Rp 22.000. Meski tergolong mahal, harga tersebut dinilai sebanding dengan apa yang didapat. Meski begitu, naik turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat kegalauan Muchlis akan penetapan harga soto buatannya. “Tapi saya bingung, mau naikin harga. Karena apa-apa naik, mau enggak mau kita juga harus naikin harga. Tapi nanti dulu deh,” keluhnya.

 

 

Nama Usaha    : Rumah Makan Betawi Soto H. Ma’ruf

Nama Pemilik  : Muchlis Ma’ruf

Mulai Berdiri   : 1950

Lokasi Usaha   : Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat

Produk             : Soto Betawi

Mesin Relevan :

 

Samuel Yacob Wattimena, Kreasi Olahan Pisang Tembus Omzet Puluhan Juta

Indonesia merupakan sebuah negara yang tersohor akan hasil perkebunannya. Salah satu contoh hasilnya yaitu buah pisang, dengan berbagai kandungan vitamin di dalamnya yang sangat berguna bagi tubuh. Tak hanya itu, pohon dari buah ini tergolong istimewa, mulai dari pelepah hingga daunnya banyak memiliki manfaat yang sangat berguna bagi kehidupan manusia di kesehariannya. Namun kurangnya pengetahuan akan cara pengolahan buah pisang, menjadi permasalahan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Mereka biasa mengkonsumsi buah pisang hanya sebagaimana fungsinya atau pencuci mulut semata tanpa harus diolah terlebih dahulu.

Padahal, oleh tangan kreatif buah pisang dapat disulap menjadi produk unggulan yang sangat menguntungkan. Aneka kreasi olahan buah pisang dapat memberikan nilai tambah yang dinilai sangat menguntungkan dalam segi finansial. Seperti apa yang dilakukan oleh Samuel Yacob Wattimena (26), seorang wirausaha yang akrab dipanggil Samuel, memulai usahanya dengan menyulap buah pisang menjadi minuman dingin menyegarkan yang kini lebih dikenal dengan sebutan es pisang ijo.

Es pisang ijo sendiri pada umumnya disajikan dengan tambahan bubur sumsum, es batu, kuah santan, kacang tanah yang disangrai halus, dan sedikit sirup sebagai pemanisnya. Namun di tangan Samuel, bahan-bahan dasar pembuat makanan asli Makassar tersebut dikreasikan lagi dengan maksud agar minuman buatannya berbeda dengan produk sejenis yang beredar di pasaran. Butuh waktu satu bulan bagi Samuel menciptakan kreasi menu baru yang didapat dari hasil uji resep yang dilakoninya. Tambahan vla aneka rasa serta dilengkapi berbagai pilihan topping yang sesuai dengan selera konsumen, seperti parutan keju dan remukan biskuit oreo membuat kreasi menu es kacang ijo buatan Samuel semakin unik.

Green Banana

Pernah bekerja sebagai waiter selama 18 bulan di sebuah restoran, membuat dunia kuliner bukanlah sesuatu yang baru baginya. Atas dasar ingin meningkatkan tarap hidup, dirinya rela meninggalkan pekerjaannya dan memilih menjadi seorang wiraswasta. Waktu itu, karirnya sebagai wirausaha berawal dari menjadi mitra salah satu es pisang ijo terkemuka di Jakarta. Berakar dari kekecewaannya terhadap mitra tersebut, memaksa Samuel untuk melepasnya dan merintis sendiri usaha sejenis dengan alasan dirinya merasa tak sejalan dengan sistem kemitraan yang ada.

Dua minggu berselang, setelah melepas kemitraan yang lama, Samuel mencoba bangkit dan mengkreasikan es pisang ijo buatannya. Namun berbeda dari sebelumnya, kali ini Samuel memulai usaha menggunakan merek dagangnya sendiri yang diberi dengan nama ‘Green Banana’. Di awal perjalanan dengan menggunakan nama Green Banana, atau tepatnya pada Februari 2011, Jl. Raya Fatmawati, Jakarta Selatan, menjadi lokasi yang sengaja dipilih Samuel. Alasannya, selain memang merupakan kawasan ramai, lokai tersebut merupakan tempat ideal menurutnya, karena berdekatan dengan sentra makanan yang akan mempermudah dalam memperkenalkan dan memasarkan produknya.

Persoalan modal, Samuel mengakui, ketika memulai usahanya, dirinya mengawalinya dengan dana sebesar Rp 5,5 juta yang digunakan untuk membuat booth sebesar Rp 3 juta, membeli perabotan seperti cooler second dan bangku plastik Rp 850 ribu, flyer Rp 150 ribu dan bahan baku Rp 1,5 juta. Dibantu oleh dua orang karyawan, hingga usahanya berjalan 5 bulan, Samuel mampu menjual es pisang ijo buatannya sebanyak 50 porsi setiap harinya atai sebanyak 1.300 porsi tiap bulannya. Dari hasil tersebut, dapat diperkirakan dalam sebulan omzet dari es pisang ijo milik Samuel sebesar 10 juta rupiah dengan presentase keuntungan bersih 67,8% atau Rp 6,7 juta tiap bulannya.

Sedikit bercerita, Samuel mengatakan tak sedikit orang yang menawarkan untuk bekerja sama dalam artian menjalin kemitraan bersamanya.  Bahkan meminta Samuel agar mewaralabakan usaha ini. Namun menurutnya, dalam sistem kemitraan manajemen yang baik perlu dibangun agar usaha itu dapat berkembang. “Saya tidak mau sembarangan seperti pewaralaba lain, karena saya punya tanggung jawab kepada pihak Terwaralaba agar sama-sama besar mengembangkan usaha,” pungkasnya.

Nama Usaha    : Green Banana

Nama Pemilik  : Samuel Yacob Wattimena

Mulai Berdiri   : Februari 2011

Lokasi Usaha   : Jl. Raya Fatmawati, Jakarta Selatan

Produk             : Es Pisang Ijo

Mesin Relevan : Ice Crusher

Rudi Parlinggoman Sinurat, Putar Stir Jadi Pengusaha Tahu Pedas

Berangkat dari seorang pengusaha jamur kriuk yang dibelinya secara franchise dari Purwokerto, membuat Rudi Parlinggoman Sinurat yang akrab dipanggil Rudi, mulai mencicipi rasanya menjadi seorang pengusaha. Hampir berjalan satu tahun, usaha jamur kriuk yang dijalankan Rudi terbilang sukses dengan penjualan yang bagus di sekitaran rumahnya. Bahkan Rudi mengklaim, usaha jamur miliknya menjadi raja atau masternya di kawasan Depok, Jawa Barat.

Meraih rasa manisnya hasil dari usaha jamur kriuk, Rudi yang juga merupakan seorang sales manager di salah satu bank ternama memutuskan berhenti dari pekerjaanya pada September 2011 silam, dengan alasan fokus pada usaha yang dijalankan. Meski sungguh disayangkan, Rudi menyangkal pandangan banyak orang bahwa jika telah menjadi manager itu sudah aman, ternyata belum tentu. Selain memang faktor-faktor seperti ingin penghasilan lebih besar serta fleksibelitas waktu yang diinginkan menjadi alasannya.

“Pandangan sesorang kalo udah sales manager itu sudah aman, padahal belum tentu, tergantung orangnya. Gaji memang oke, karena memang penjualan lebih besar dari gaji pokok,” ucap Rudi saat diwawancarai oleh Tim Redaksi Majalah Mesin Bisnis di kediamannya.

“Karena saya sales, saya sering bertemu dengan pengusaha-pengusaha yang masih terbilang kecil. Saya lihat mereka kalo ngitung duit seperti ga berseri (banyak) gitu, enak aja. Enak juga jadi pengusaha. Alasan lain, saya tinggal di Depok dan kantor di Jakarta, masalahnya dari 8 jam kerja, 4 jam itu terbuang di jalan. Memang kalo jadi pegawai itu, kita tidak bisa berinovasi, ga bisa berbuat banyak. Beda kalo menjadi ownernya, mau ngapain aja suka-suka kita,” tambahnya.

Namun, nasib mujur tak selalu berpihak pada Rudi saat menjalani usaha jamur kriuknya tersebut. Waktu telah berjalan tiga bulan setelah dirinya meninggalkan pekerjaannya, usaha jamur yang dikelola oleh Rudi meredup penjualannya. Bahkan membuatnya harus menghentikan usahanya tersebut. Bahkan saat usahanya bisa dikatakan berada di ujung tanduk, Rudi mulai memikirkan usaha pengganti yang akan dijalankannya. Hingga pada saat dirinya memperhatikan dan mulai mencoba tahu pedas yang berada di sekitaran salah satu outletnya di kawasan Kelapa Dua, Depok yang ramai dikunjungi pembelinya.

Rudi pun ikut membeli dan menyuruh pegawainya untuk mencoba dan menganalisa produk tahu pedas tersebut. Bahkan saking seriusnya, dirinya sampai beberapa kali membeli produk (tahu) dan mencari jawaban atas kenikmatan dari tahu pedas tersebut dengan membedahnya bersama beberapa karyawan yang dimilikinya. Hingga kejadian itu merupakan awal terlahirnya ide untuk coba menjalankan usaha tahu pada Januari 2012 seperti yang dilakukannya sampai saat ini.

Cerita awal usaha, setelah membongkar resep tahu pedas, Rudi masih disibukkan dengan mencari jenis bahan baku tahu yang pas untuk produknya kelak. Bahkan dirinya membutuhkan waktu selama sebulan menemukan jenis tahu yang cocok untuk resep tahu pedas buatannya. Dalam waktu sebulan yang dihabiskannya, Rudi mengakui itu dilakukannya sambil membuat bumbu pedas yang diuji coba kepada karyawannya setelah bertugas jualan jamur kriuk tadi. Hingga setelah menghabiskan waktu selama sebulan, pada 29 Februari 2012, tahu pedas racikan Rudi pun mulai diperjualbelikan yang diberi nama ‘Tahu Jeletot Taisi’. Outlet pertama pun dirilis di kisaran rumahnya kawasan Jl. Pipit, Perumnas, Depok, Jawa Barat. Rudi menceritakan, penjualan di hari pertama cukup lumayan, meski tahu pedas buatannya terbilang produk baru.

Dipatok dengan harga Rp 2.000, dari 100 tahu pedas yang dibuat, laku terjual sebanyak 75 pcs dan meningkat tiap harinya. Tak ketinggalan, Rudi selalu meminta masukan untuk pengembangan produk tahu pedasnya, berbagai kritikan masuk dari konsumen mengenai rasa, ukuran, hingga masalah kecil lainnya yang sangat dihargai oleh Rudi. Evaluasi dilakukan dari masukan dari konsumen selama satu bulan, dampaknya sangan terasa,  hingga kini  outlet pertama Rudi mampu menjual 400-500 potong  tahu pedas tiap harinya.

Rudi pun menjabarkan pemilihan nama Tahu Jeletot Taisi atas produknya didasar oleh berbagai aspek. Kata ‘Tahu’ diambil karena memang produk yang dijual berbahan baku tahu yang digandengkan kata ‘Jeletot’ yang diambil dari istilah yang berarti sangat pedas. Sedangkan kata ‘Taisi’ ditambahkan Rudi, karena kata tersebut memiliki singkatan yang memiliki ‘tahu isi’ sekaligus menjadi pembeda yang membuat orang menjadi penasaran akan produk buatan Rudi ini.

”Tahu Jeletot Taisi memang inilah yang membawa hokinya kalau kata orang tiongkok bilang. Awalnya, orang tau tahu pedas itu ya tahu jeletot. Makanya saya buat nama produk yang diwalai dengan kata itu (tahu jeletot). Sebenarnya kan jeletot itu istilah yaa dalam artian pedas, lalu pembedanya saya ambil nama taisi, yang memiliki arti tahu isi pedas sebenarnya. Muncullah nama Tahu Jeletot Taisi itu sebagai pembeda dan itu lah brand-nya. Kenapa? Saat itu supaya agar orang penasaran, karena taisi itu terkesan ada unsur Jepang atau Hongkongnya, biarkan saja biar orang pada penasaran,” ucap Rudi.

Resmi Di-franchise-kan

Awal kemitraan, saat Rudi baru membuka dua outlet-nya, muncul persepsi dari kebanyakan orang jika usaha tersebut di-franchise-kan. Hingga ketika sharing bersama temannya, Rudi memutuskan jika usahanya tersebut resmi di-franchise-kan, dengan alasan bisnis itu harus mudah diduplikasikan. Pada Desember 2012, mulailah mitra pertama yang disusul ditahun selanjutnya (2013), kurang lebih sudah 30 kemitraan. Hingga setelah 2 tahun berjalan, Tahu Jeletot Taisi memiliki sudah sampai di angka 75 kemitraan.

Nilai kemitraan yang ditawarkan Rudi berada di angka 10 juta rupiah. Dari jumlah uang segitu, mitra akan mendapatkan booth dengan berlabelkan brand Tahu Jeletot Taisi beserta perlengkapan lainnya. Selain booth, tentunya juga mendapatkan peralatan menggoreng seperti kompor, penggorengan, sehingga mitra tinggal langsung dapat menjalankan usaha Tahu Jeletot Taisi ini. Rudi menambahkan, salah satu mitranya yang berada di kawasan Pabuaran, Depok, Jawa Barat paling banyak menjual 800-900 potong tahu perharinya.

Demi menjaga eksistensi Tahu Jeletot Taisi, Rudi melakukan beberapa inovasi dari segi produk maupun kemasannya. Hal itu dilakukannya agar tahu pedas buatan Rudi ini berbeda dari para kompetitornya. Seperti menambahkan varian rasa dari produk tahu pedas berdasarkan permintaan pasar yang ada. Selain itu, Rudi juga memikirkan sisi kemasan untuk membungkus produk buatannya yang menurutnya ide tersebut belum dilirik oleh sesama penjual tahu dengan konsep pedas lainnya.

Inovasi ke depan, untuk produk sendiri ada karena memang dari permintaan pelanggan juga. Memang kebanyakan pelanggan itu suka dengan yang pedas. Cuma ada juga beberapa pelanggan yang minta tidak pedas. Mereka pengennya tuh manis gurihlah bisa dikatakan seperti itu. Kalo orang mau beli variannya ada dua, mau yang pedas atau yang manis. Namun masih dalam pengembangan belum direalisasikan,” ucap Rudi.

“Sekarang lebih dibedakan lagi, kita (produk) di-packaging dus dengan minimal pembelian 10 pcs. Biasanya kan orang beli tahu jeletot itu pakai bungkus kertas dengan plastik. Jadi kalo dibawa kemana-mana itu biasanya malu. Kalo sekarang engga lagi. Lebih elegan dan bisa menjadi sarana promosi,” tambahnya.

Saat ditanyaa soal persaingan, Rudi memaparkan tidak terlalu khawatir menanggulanginya. Menurutnya dengan adanya kompetitor yang lebih baik, lebih memancing dirinya agar terus berinovasi. Meski demikian, menurut kaca mata rudi, dirinya mengakui belum berada di posisi satu pasar tahu pedas. Namun dalam hal branding, dengan penuh percaya diri, Rudi menganggap brand Tahu Jeletot Taisi miliknya sudah berada pada posisi paling atas.

Hal tersebut tentunya berbanding lurus dengan hasil yang didapat Rudi menjalankan usaha ini. Bermodalkan uang 10 juta rupiah, bisa dibilang kini Rudi telah memetik hasil manis dari usaha tahu pedasnya. Disinggung persoalan omzet, dirinya menjelaskan secara gamblang perbulan mampu merauk sekitar 450 juta rupiah. Dengan hasil menggiurkan tersebut, Rudi menghidupkan 30 karyawannya.

Omzet perhari dari keseluruhan mitra dapat 7.800 pcs tahu, sekitar 15 jutaan per hari. Sebulan sekitar 450 juta. Modal awal, setelah saya terjun secara langsung di dunia bisnis memang saya sampai hutang dan dapatlah 10 juta rupiah. Sewa tempat setahun, bahan baku, dan gerobak habis lah 10 juta itu. Karyawan dari 2 orang di jamur hingga 30 karyawan,” pungkasnya.

 

Nama Usaha    : Tahu Jeletot Taisi

Nama Pemilik  : Rudi Parlinggoman Sinurat

Mulai Berdiri   : Januari 2012

Lokasi Usaha   : Perumnas, Depok 1, Jawa Barat

Produk             : Tahu Isi Pedas

Mesin Relevan : Deep Fryer, Spinner

Kunci Sukses

Kehati-hatian memang harus ada. Banyak baca bisnis itu musiman, tapi sebenarnya mungkin managemennya aja yang salah. Termasuk pengamat kuliner bilang usaha tahu ini termasuk bisnis musiman. Tapi saya bisa bilang, ini bukan musiman. Tergantung manajemennya. Bagaimana membuat bisnis ini berjalan terus. Termasuk tahapan untuk berkembangnya itu harus step by step. Semakin banyak cabang, pelayanan juga harus dipersiapkan. Kalau kalah pelayanannya, itu akan menjadi bom waktu saja buat kita. Inovasi melakukan hal hal baru.

Kalo kerja di kantor yang menggaji perusahaan.  Kalo jadi ownernya kan kita yang menggaji karyawan, dan ada kepuasan batin. Dan memang walau sudah di level-level tertentu dalam perusahaan ga bisa puas. Kendala produksi, belom siap. Kalo udah siap pengen mainin tenaga pemasaran agar hasilnya luar biasa.

Tips Bisnis

  1. Keyakinan dengan bisnis yang dijalankan
  2. Kalo memulai bisnis, cintai bisnis supaya dapat menikmatinya. Maka akan terlihat seberapa besar perjuangannya. Dan tentu ada pengorbanan di dalamnya.
  3. Tentukan kriteria bisnis yang akan dijalankan yang paling disuka. Tuangkan semuanya disitu, waktu, pemikiran, apa saja.
  4. Action, Modal uang bukan nomer yang utama,

Prospek ke Depan

Bisnis ini bisa besar, go internasional dalam sepuluh tahun.

pengusaha_keripik_pisang_hasanmuhamad

Berinovasi Pada Kemasan Keripik Pisang, Mentereng di Rumah Pusat Oleh-Oleh

Terkesan sepele memang, tapi jangan anggap remeh usaha ini. Diluar dugaan, menjalankan suatu usaha, termasuk usaha keripik juga dapat menghasilkan omzet yang cukup besar jika dilakukan dengan benar. Bahkan dapat lebih besar lagi jika sudah dilakukan dengan pernjualan berskala nasional. Jika kita lihat banyak usaha keripik sukses yang memulai usahanya dari bawah. Sebut saja kripik pisang cokelat asal Lampung, hingga keripik singkong pedas Christine Hakim yang terkenal di Padang.

Tentulah siapa pun ingin menjadi seorang pengusaha sukses. Hal ini dibuktikan dengan maraknya mendirikan suatu usaha yang bahkan menjadi trendsetter belakangan ini. Seseorang akan banyak mendapatkan keuntungan ketika telah menjadi seorang pengusaha sukses. Tentunya fleksibelitas waktu yang tidak didapat ketika hanya menjadi seorang pegawai. Hingga ketidakterbatasan uang yang dimiliki seorang pengusaha sukses yang sering disebut dengan istilah ‘uang yang tak berseri’.

Hal itulah yang mungkin menjadi alasan Cefi Heriansyah (Cefi) memutuskan menjadi seorang pengusaha. Cefi Heriansyah, seorang pengusaha keripik pisang yang juga masih lajang ini merupakan lulusan dari salah satu Universitas Jurusan Sastra Inggris. Pengusaha sekaligus seorang pengajar di SDIT Auliya Bintaro ini memiliki segudang ide bisnis yang didapatnya secara tidak sengaja dari penjual keripik pisang tak jauh dari rumahnya.

Cefi yang beralamat tinggal di Pondok Cabe Ilir ini, awalnya iseng-iseng berinovasi dari produk keripik pisang yang hanya diolah biasa – dalam arti tanpa bumbu tambahan – dari penjual dekat rumah tanpa menggunakan kemasan. Dari situ, Cefi menambahkan bumbu perasa yang dilumuri ke setiap bagian kripik pisang olahannya. Selain itu, dirinya juga mementingkan kemasan sebagai pelindung produknya. Diluar membuat produk terjaga kualitasnya, menurutnya kemasan juga dapat menjadi nilai tambah terhadap tampilan produk.  Berkat ide kreatifnya itulah yang mendorong Cefi menjadi seorang pengusaha keripik pisang yang beda dengan lainnya.

Mengusung nama “Chef Banana” sebagai merek yang akan digunakan untuk keripik pisang buatannya, membuktikan kalau Cefi memang benar-benar serius mengelola usahanya. Langkah awal memulai usahanya, Cefi mengaku hanya bermodalkan uang Rp 800 ribu. Tentu angka yang tidak besar untuk memulai suatu usaha. Dari modal yang tak seberapa itu, Cefi yang sejak awal memang sudah fokus mengemas produk olahan kripik pisang buatannya yang terdiri dari 10 rasa itu dengan packing berupa pouch.

Tak tangung-tanggung di tangan temannya yang memang seorang desainer kemasan. Ia berhasil mewujudkan komunikasi yang berisikan pesan produknya ke dalam desain kemasan Chef Banana. Kini produk Chef Banana lebih cantik dibandingkan pada awal mula usahanya. Cefi hanya mengemas produk kiripik pisangnya dengan menggunakan kemasan plastik tipis biasa dengan desain kemasan yang ala kadarnya.

Terlihat Mentereng

Tak hanya memikirkan soal produksi dan kemasan saja, Cefi juga sudah melengkapi produk kemasannya dengan mendaftarkan produk keripik pisang Chef Banana miliknya ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Karena memang, hal itu dirasa sangat penting untuk keperluan sebuah usaha, khususnya bidang kuliner yang kini dijalankannya. Hingga pada akhirnya berhasil mendapatkan sertifikasi Halal dari MUI pada November 2013 lalu.

Ketika produk telah masuk pada pusat perbelanjaan/ rumah oleh-oleh di kota-kota besar, persaingan akan sangat terasa di dalamnya. Karena berbagai macam merek dari kecil hingga yang telah dikenal banyak orang melebur jadi satu. Produk keripik pisang buatan Cefi dikemas semenarik mungkin bertujuan agar produk dapat terlihat mentereng jika disandarkan dengan produk bermerek sekalipun. Cefi juga beralasan, adanya inovasi menciptakan sebuah kemasan yang baik, akan menambah nilai jual produk tersebut bila dibanding dengan kemasan keripik pisang  seperti yang biasa dijumpai di pasaran. Dimana kemasan terlihat ala kadarnya dan tentu tidak memenuhi standard dalam kemasan untuk makanan.

“Buat saya, brand pada kemasan itu merupakan identitas dari produk usaha saya saat ini. Dengan adanya brand yang diperkuat dalam desain kemasan yang baik, selain akan menambah nilai jual, saya yakin akan membantu terciptanya image pada produk kripik pisang usaha saya di mata konsumen,” ujar Cefi yang termasuk tipe pengusaha yang intuitung introvert (gila bermimpi).

Ketika ditanyakan mengenai prospek ke depan, Cefi berharap usahanya ini akan jauh lebih maju dari apa yang seperti sekarang ini. Nama Chef Banana ke depan diharap akan begitu melekat dan menjadi satu-satunya brand keripik pisang di ingatan orang. “Saya ingin suatu saat kelak, orang kalau ingin membeli keripik pisang, yang ada dalam ingatan mereka (konsumen) adalah brand Chef Banana,” tutupnya.

Sedikit bercerita, untuk mengemas produk keripik pisangnya itu, Cefi Pertama kali menggunakan Mesin Pengemas Hand Sealer di bulan Juli 2013. Namun karena semakin banyaknya permintaan yang dibarengi oleh peningkatan jumlah produksi keripik pisang, maka kini ia menggunakan Mesin Pedal Sealer di awal Januari 2014.

 

Nama Usaha              : Chef Banana

Nama Pemilik            : Cefi Heriansyah

Mulai Berdiri             : Tahun 2013

Lokasi Usaha             : Pondok Cabe, Tanggerang

Produk                       : Keripik Pisang dalam Kemasan

Mesin Relevan           : Hand Sealer, Pedal Sealer, Spinner, Vacum Frying

 

Jakarta Toys & Kids Expo 2015

Lagi, Jakarta national Roadshow Toys & Kids Expo 2015 kembali digelar. Setelah  sebelumnya sukses mengadakan ‘Jogja Toys & Kids Expo 2015’ pada 7-8 Februari dan disusul event serupa Bandung ‘Toys & Kids Expo 2015’ pada tanggal 14-15 Maret ditahun yang sama. Event ini akan berpuncak di Jakarta — tepatnya di Balai Kartini, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 37, Jakarta Selatan — sekaligus menjadi akhir rangkaian ‘Roadshow Toys & Kids Expo 2015. Lebih dari 250 peserta pameran dari berbagai perusahaan mainan dan perlengkapan anak akan memadati lahan seluas 4.000 meter persegi ini.

OUTFEST Indonesia Outdoor Festival

Hadir untuk para pecinta olahraga luar ruangan (outdoor), Outfest Indonesia Outdoor Festival mengadakan event terbarunya yang akan digelar di Istora Senayan GBK Jakarta pada 1 – 4 April 2015. Event ini merupakan kegiatan pameran outdoor tahunan yang menggandeng berbagai brand outdoor internasional untuk bergabung menampilkan aneka produk outdoor berkelas. Tak ketinggalan, puluhan vendor lokal Indonesia pelaku industri outdoor juga turut ambil bagian dalam festival ini. Tentunya acara yang dipenuhi lebih dari 100 brand ini akan memberikan potongan harga up to 75% untuk varian tertentu dan dapat dipastikan semua pembelian produk akan diberikan discount istimewa. Gratis souvenir dan tidak ada pungutan biaya bagi pengunjung yang akan datang.

Barokah Dibalik Biji Kurma

Tau kah Anda?

Kurma, dibalik rasa dan khasiatnya yang luar biasa, buah yang begitu populer di bulan ramadhan ini menyimpan banyak sekali manfaat bagi kita. Bahkan karena keistimewaan dari buah ini, bagian lain dari buah tersebut, seperti bijinya menyimpan kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan tubuh.

 

Fauzi Afif seorang pengusaha asli Tegal ini bisa dibilang sukses menjalankan bisnis dari bahan biji kurma. Fauzi termasuk orang yang mampu memanfaatkan dan melirik sekecil peluang atau kesempatan yang ada. Dimana biji kurma akan dibuang oleh kebanyakan orang, karena menganggapnya sebagai limbah dari buah tersebut. Selain itu, di Indonesia biji kurma pun tak dapat tumbuh dengan subur, membuatnya dilupakan banyak orang.  Oleh Fauzi, biji kurma tersebut dimanfaatkan untuk proses pembuatan kopi tanpa mengandung kafein yang diberi nama Kopi Hababah.

Sekedar informasi, secara keseluruhan, manfaatnya tak hanya berasal dari daging buah, mulai dari pohon, pelepah, hingga serabutnya pun ternya memiliki khasiatnya masing-masing yang menjadikan buah kurma menjadi istimewa. Atas dasar keistimewaan buah yang paling dicintai Rasulullah SAW inilah yang menjadi dasar Fauzi Afif bergelut di dunia bisnis makanan dan minuman yang berbahan dasar kurma.

Sejak tahun 1991 silam, Fauzi mulai menginjakan kaki di dunia bisnis kurma. Dari situ nama Fauzi Afif pun melambung, banyak para pengusaha mengenalnya karena beliau merupakan orang pertama di Indonesia yang menjual kurma dalam bentuk kemasan. Tak sampai di situ, seiring berjalannya waktu, dengan inovasi yang dilakukannya, kini beliau bukan hanya menjual kurma kemasan saja namun sudah berkembang dengan memproduksi kurma coklat dan kopi herbal dari biji kurma.

“Setiap hari saya mengkonsumsi kurma dan karena kurma memiliki banyak khasiat, mengapa tidak saya buat bisnis saja? Ini membantu kesehatan orang lain juga manfaatnya,” ujar Fauzi saat di wawancarai tim Redaksi Majalah Mesin Bisnis di kediamannya.

Kata Hababah yang diambil sebagai nama untuk brand kopi buatan Fauzi Afif ini berasal dari kata habatul barokah. Jika diartikan kata tersebut memiliki makna sebagai biji yang penuh barokah menjadi dasar dalam pemilihan nama produk olahan kurmanya. Kopi yang berbahan dasar biji kurma dan jintan hitam ini dikategorikan sebagai kopi herbal. Kenapa? Gahwah atau kopi dari biji kurma buatan Fauzi Afif ini ternyata tidak mengandung kafein, pengawet dan pemanis buatan. Afif mengaku, kopi herbal buatannya bermanfaat untuk menambah stamina tubuh, menguatkan syaraf, mengobati penyakit asma, meningkatkan nafsu makan, dan khasiat lain yang terkandung di dalamnya.

Rasa khas dan manfaat yang luar biasa dari biji kurma, membuat nama Kopi Hababah racikan Fauzi telah dikenal hingga luar Pulau Jawa. Meski begitu Fauzi mengatakan tiada strategi khusus untuk memasarkan kopi dari biji kurma buatannya. Dirinya mengaku memasarkan produknya dengan sistem promosi dari mulut ke mulut merupakan hal yang cocok untuk kopi racikannya tersebut.

Proses produksi yang dilakukan oleh Fauzi Afif tergolong masih menggunakan teknologi tradisional. Biji kurma yang telah dikupas dan dicuci, kemudian ia jemur dengan memanfaatkan sinar matahari. Fauzi mengakui, untuk mengolah biji kurma untuk dijadikan kopi, dirinya hanya menggunakan mesin sangrai kopi. Hal itu dilakukannya demi menjaga kualitas dan kealamian dari kopi berbahan biji kurma. Sehingga banyaknya khasiat yang terkandung dalam kopi berbahan biji kurma tetap terjaga kualitasnya.

“Proses produksi kopi kita buat semua alami agar kualitasnya pun terjamin. Tidak ada bahan kimia sama sekali di Kopi Hababah. Saya memang tidak mau main-main untuk proses produksi, karena bukan hanya bertanggung jawab terhadap konsumen yang menikmati produk saya saja, namun tanggung jawab terbesar itu sama ALLAH SWT,” bubuhnya.

Khasiat luar biasa yang ditawarkan oleh Kopi Hababah buatan Fauzi Afif, tak lantas membuatnya untuk mematok produknya dengan harga tinggi. Untuk ukuran kemasan 5 x 20 gram, dibanderol Rp 20.000. dan harga Rp 35.000 dalam bentuk botol 200 gram. Meski dalam lingkup home industry, Fauzi Afif mengakui penjualan Kopi Hababah buatannya dirasa sudah cukup menguntungkan. Walaupun bapak keturunan Tegal ini tidak menjelaskan secara gamblang omzet yang dihasilkan dari usaha kopi yang dijalankan. Beliau beranggapan, rezeki orang itu sudah ada yang mengatur dan tidak akan lari kemana-mana.

Fauzi memastikan, bagi konsumennya – khususnya mereka dari keturunan jawa — yang telah merasakan Kopi Hababah, pasti tidak asing jika sudah mendengar produk kopi herbal ini. “Wedange Wong Djadoel” menjadi takeline dan dicap sebagai kopi dengan bahan dasar kurma pertama di Indonesia. Menurut penuturan Fauzi, jika sudah meminum kopi atau wedang buatannya ini pasti Anda berkeringat. Dan keringat itulah yang membuat Anda sehat dan khasiat dari kopi tersebut sudah dapat dirasakan oleh tubuh Anda.

 

Nama Usaha              : Kopi Hababah

Nama Pemilik            : Fauzi Afif

Mulai Berdiri             : Tahun 1991

Lokasi Usaha             : Depok, Jawa Barat

Produk                       : Kopi Herbal Biji Kurma

Mesin yang Relevan  : Mesin Sangrai Kopi

 

Tips Bisnis                  :

Ketika menjalankan bisnisnya, tentu ada beberapa hal yang mendasari Fauzi beserta Kopi Hababahnya menjadi seperti sekarang ini. Berikut tips untuk mengawali sebuah bisnis yang diberikan langsung oleh Fauzi Afif yang telah sukses bersama Kopi Hababah.

  1. Kejujuran

Jujur merupakan modal awal ketika memulai bisnis. Ketika seseorang dari awal sudah tidak jujur, akan berlanjut hingga seterusnya. Dengan setiap perkataan jujur yang keluar dari mulut membuat diri mudah dipercaya oleh orang lain. Dimana hal itu bisa dimanfaatkan untuk menjalin kerja sama.

  1. Berusaha Terus

Kegagal merupakan hal yang biasa ketika terjun dalam dunia bisnis. Merasa kapok ketika mengalami kegagalan merupakan pilihan yang salah tentunya. Bangkit dan terus berusaha dengan gigih untuk mencobanya lagi, seperti yang telah dilakukan oleh banyak pengusaha sukses lainnya.

  1. Perbaiki Kesalahan

Bangkit dan mau mencobanya lagi merupakan pilihan tepat ketika mengalami kegagalan dalam berbisnis. Ketika mencobanya kembali yang perlu digarisbawahi yaitu mengkaji ulang dimana letak permasalahan dan memperbaikinya.