Waralaba Ayam Bacok, Sukses dengan Ide ‘Bacok Ayam’

Banyak orang yang bertanya bisnis apa yang tepat untuk dirinya. Banyak pakar yang mengatakan jika hendak berbisnis, cobalah bisnis kuliner. Survey juga membuktikan, bisnis makanan/ kuliner (apapun) merupakan bisnis yang sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik dan benar. Kelebihannya dibandingkan dengan jenis bisnis yang lainnya, bisnis kuliner merupakan bisnis yang tak ada matinya.

Alasannya cukup rasional, selama manusia masih hidup, selama itu pula mereka membutuhkan makanan sebagai sumber energi bagi tubuhnya. Terlebih banyaknya penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Tentunya jumlah tersebut merupakan merupakan sebuah market yang besar dan menjanjikan. Bisnis ini juga dapat dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja, asalkan memenuhi persyaratan ekonomis.

Atas dasar tersebut, kini banyak bermunculan bisnis kuliner yang mulai tumbuh berkembang dan bahkan telah sukses dengan nama besarnya. Salah satunya yaitu bisnis kuliner ‘Ayam Bacok’ yang telah sukses menjual produk olahan ayam filet krispi tanpa tulang ini. Bisnis olahan ayam akhir-akhir ini memang menjadi pilihan karena digemari kebanyakan pelanggan khususnya di Indonesia. Selain memang sudah begitu familiar, harga olahan ayam pun bersahabat dengan kantong pelanggan. Hal tersebut mengapa banyak yang mencoba peruntungan bisnis seperti ini.

Banyak olahan ayam yang ditawarkan di luaran sana – digoreng, disayur, maupun dibakar – sebagai menu utamanya, Ayam Bacok tampil beda dengan mengusung konsep menu camilan ayam filet goreng tepung tanpa tulang. Tentu ini tak lepas dari racikan resep rahasia olahan seorang chef yang dikenal dengan sebutan Uncledazs yang namanya terpampang di salah satu desain Ayam Bacok. Tentunya olahan ayam seperti ini bukan pertama kali dibuat. Olahan ayam ini serupa dengan cemilan asal Taiwan, tentunya dengan rasa dan harga yang berbeda setelah mengalami penyesuaian yang dilakukan pihak Ayam Bacok.“Iya, jajanan khas dari Taiwan ini ternyata sangat digemari banyak orang ketika dibawa masuk ke Indonesia,” ungkap Musthofa, selaku Manager Franchise Ayam Bacok.

Dalam pembuatannya dirinya mengaku, produk-produk Ayam Bacok ini tidak menggunakan pengawet untuk bahan makanan. Selain itu, bahan baku yang digunakan merupakan bagian-bagian daging ayam tertentu seperti bagian dada tanpa kulit dan tulang yang dibalut tepung rendah lemak. Hal itu demi terjaganya kualitas bahan baku dalam melakukan inovasi pada produk Ayam Bacok. Saat ini, Ayam Bacok telah menjual enam variasi rasa, beberapa diantaranya seperti original, barbeqeu, ekstra pedas dan lada hitam. Dengan harga yang ditawarkan per porsinya yaitu porsi regular (200 gram) Ayam Bacok, senilai Rp 20.000. Sedangkan untuk ukuran mini dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau yaitu Rp 15.000 per porsinya.

“Bacok Sendiri Ayam-mu”

Dengan tagline populer “Bacok Sendiri Ayam-mu”, bisnis dengan sistem kemitraan (Ayam Bacok) ini menawarkan sensasi bagi para pelanggan yang ingin memotong sendiri snack ayam pesanan mereka. Tentu ide ini menjadi sesuatu yang unik nan kreatif dan tidak dimiliki oleh penjual menu ayam lainnya. Berjalan dengan baik, ternyata banyak pelanggan yang menyukai proses ini sambil bernarsis ria dan mengunggah foto-foto “membacok ayam” mereka ke berbagai social media.

Bisnis yang berdiri pada 1 Maret 2014 lalu ini dijalankan dengan sistem kemitraan. Ayam Bacok ini dianggap-anggap memiliki prospek yang cerah. Bahkan seminggu sebelum launching perdana, telah banyak yang menawarkan menjadi bagian dari Ayam Bacok sebagai mitra bisnis. “Meskipun pembukaan masih satu minggu lagi tetapi sudah ada dua calon mitra yang akan bergabung. Kita akan memaksimalkan menerima mitra setelah gerai pertama kita buka, biar calon mitra bisa melihat jalannya bisnis kita,”€ungkap Musthofa.

Bagi mitra yang ingin bergabung, bisnis yang bermarkas Jl. Pangrango Raya C32 Bekasi, pihak Ayam Bacok menawarkan biaya investasi sebesar Rp 20 juta. Investasi sebesar itu mitra akan mendapatkan perlengkapan memasak, branding, pelatihan karyawan dan bahan baku awal untuk menyajikan 200 porsi ayam. Tentunya untuk lokasi dan karyawan, pihak Ayam Bacok menyerahkan sepenuhnya kepada mitra untuk mencarinya sendiri.

Dengan modal investasi sebesar itu, hasil hitungan Mustofa mencatat, target rata-rata omzet yang bisa didapatkan mitra sekitar Rp 12 juta tiap bulannya. Omzet sebesar itu, mitra bisa mendapatkan laba bersih sebesar 60%, setelah dikurangi biaya operasional, pembelian bahan baku, sewa tempat dan gaji pegawai. Sehingga tak membutuhkan waktu yang lama bagi mitra untuk balik modal, hanya sekitar 5 bulan waktu yang dibutuhkannya. Dengan catatan, lokasi yang dipilih cukup strategis. Dengan potensi pengunjung bisa lebih banyak.

Musthofa tidak membebankan biaya royalti kepada mitra. Hanya saja, mitra diharuskan untuk membeli bahan baku tepung dan bumbu olahan ayam pada manajemen pusat. Tujuannya, untuk menjaga kualitas produk dan menyamakan standar rasa di setiap mitra bisnisnya. “Selain mencari lokasi yang strategis, agar target omzet bisa tercapai, mitra juga diharapkan bisa mengikuti tata cara manajemen yang ditetapkan oleh pusat dalam menjalani operasional perusahaan,” pungkasnya.

——————————————————————–

Nama Usaha    : Ayam Bacok

Nama Pemilik  : Uncledazs

Mulai Berdiri   : Tahun 2014

Lokasi Usaha   : Jl. Pangrango Raya C32 Bekasi

Produk             : Ayam filet goreng tepung

Mesin Relevan : Deep Fryer

Leave a comment